Ketika CINTA Bertasbih

Hidup memang mengharuskan kita untuk senantiasa berjuang dan berkorban. Berjuang karena hidup ini tidaklah mudah. Berkorban karena takdir tidak selamanya sesuai dengan harapan kita. Menurut saya, inilah salah satu pesan yang hendak disampaikan pada karya terbaru Habiburrahman El-Shirazy, Ketika Cinta Bertasbih..

Buku ini bukan sekedar novel biasa, tetapi perpaduan antara ilmu agama dengan cerita fiksi. Karakter tokoh utama sangat kuat, nama tokoh2nya yang keren…untuk KCB ini, saya sangat suka dengan nama sang tokoh akhwat Anna Athafunnisa (hmm… knp ya? i think it is a nice name…hehhe…), salut pokoknya..

Novel ini berkisah tentang Mahasiswa Indonesia yang kuliah di Al-Azhar University bernama Khairul Azzam. Takdir Allah membawanya mengenal keindahan bumi para Nabi. Bertemu dengan para ulama yang memiliki keilmuan dan keikhlasan luar biasa. Ulama yang senantiasa berjuang untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi.

Takdir memang tidak selamanya sesuai dengan harapan manusia. Azzam yang punya tekad untuk kuliah, belajar dan lulus dengan nilai mumtaz atau jayyid jiddan serta berharap memecahkan rekor dengan menjadi Doktor tercepat, ternyata harus mengubur cita-cita tersebut. Sembilan tahun sudah Azzam kuliah di Al-Azhar, tetapi S1 belum dapat diselesaikannya. Bukan karena dia pemalas atau tidak pintar. Melainkan keadaan yang membuatnya melupakan harapan-harapan di awal dia menginjakkan kaki di Mesir, karena seluruh waktunya lebih banyak dia gunakan untuk membuat tempe dan berjualan bakso.

Apapun kata orang tentang dirinya, selama ia merasa dirinya tidak berbuat yang dilarang Allah, ia tidak pernah peduli. Dalam hal ini ia selalu dimotivasi oleh perkataaan Pythagoras, seorang filsuf dan ahli matematika Yunani yang hidup 580-500 SM. Pythagoras pernah berkata :“ Tetaplah puas melakukan perbuatan yang baik. Dan biarkanlah orang lain membicarakan dirimu sesuka mereka”

Ia ingin memposisikan diri sebagai produsen tempe terbaik dan termurah. Ia berusaha memposisikan tempenya adalah tempe dengan kualitas kedelai nomor satu. Untuk memperoleh hal itu memang perlu keseriusan dan kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau diatas kertas. Ia teringat satu ajaran dari Cina Kuno : Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan tidak keburu mati dulu .” Ajaran itu senada dengan kata mutiara bangsa Arab yang sangat dashyat : Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh berusaha akan mendapatkan yang diharapkannya.

Pada bagian kedua karya dwilogi ini diceritakan tentang kepulangan Azzam yang disambut bahagia oleh keluarganya. Banyak perubahan yang terjadi pada kehidupan keluarga Azzam jika dibandingkan dengan kehidupan 9 tahun yang lalu sebelum ia berangkat menunaikan cita-cita. Salah seorang adiknya yaitu Ayatul Husna kini telah menjadi seorang cerpenis remaja yang mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional Indonesia.

Ada banyak kisah yang terjadi secara tiba-tiba diluar dugaan para pembaca. Namun secara keseluruhan, kesinambungan cerita dari satu tokoh yang ditampilkan dengan tokoh lain di bagian lainnya, masih tetap menjadi satu ciri khas dari karya-karya kang abik, yang mampu membuat decak kagum para pembacanya.

Setelah membaca buku episode 1 dan 2, saya menyadari bahwa ternyata masih banyak hal yang belum saya ketahui tentang islam, dan Alhamdulillah saat selesai membaca buku ini sedikit demi sedikit pengetahuan saya akan Islam semakin bertambah.

Pada novel ini, saya banyak belajar tentang perjuangan dan pengorbanan… Novel ini membuat saya merasa lebih bersyukur kepada-Nya dan akan lebih mendekatkan diri pada-Nya… InsyaAllah…

Sesuai dengan tema novelnya yakni novel pambangun jiwa, Kang Abik betul-betul dengan sungguh-sungguh menciptakan suatu alur cerita yang mau tidak mau dapat menyadarkan pembacanya tentang betapa indahnya hidup jika dilandaskan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Subhanallah…